Friday, July 1, 2011

Budi Soehardi, Kapten Pilot Berjiwa Besar




Berawal dari sebuah makan malam keluarga, Budi Soehardi mendapatkan penghargaan “The Real Heroes” dari CNN, kantor berita dari Amerika Serikat pada tahun 2009. Budi Soehardi yang saat itu adalah pilot Singapore Airlines, membangun Yayasan Kasih Roslin untuk membantu anak-anak miskin di Nusa Tenggara Timur.

“Awal pertama kami (Budi dan Istri) ke Timor adalah karena kami menonton siaran TV Indonesia di saat kita sedang makan malam di rumah kita di Singapura tahun 1999. Itu sesudah dirinya pulang dari penerbangan ke Korea,”kata Budi yang pernah juga tinggal di Korea selama 9 tahun karena menjadi pilot Korean Airlines tahun 1989-1998.

Saat itu Budi dan keluarga sedang merencanakan untuk perjalanan keliling dunia untuk liburan keluarga yang akan dilaksanakan 40 hari kemudian. Sebagai Pilot, dirinya memang mendapatkan fasilitas tersebut dari maskapai tempatnya bekerja.

Pada saat makan malam, mereka sekeluarga melihat siaran TV Indonesia yang kebetulan lupa dimatikan sebelum makan dimulai. Tayangan tersebut memperlihatkan kondisi para pengungsi Timor Timur yang menyedihkan. “Membandingkan kondisi kami yang sedang makan makanan kesukaan kita dan tinggal di rumah yang nyaman dengan mereka yang ada di pengungsian maka saya dan istri tidak tega dan terpaksa menghentikan makan malam kami,”kata pria kelahiran 31 Agustus, 56 tahun yang lalu.

“Kami berdua saling menatap dan terlintas apakah pantas kita berliburan keliling dunia dengan segala first class facilities sementara mereka yang ada di pengungsian hidupnya sangat susah,”kenang Budi. Tak lama kemudian mereka berdiskusi dan pada saat itu terlontarlah ide untuk mengunjungi mereka sambil membawa bantuan sebaik mungkin. Liburan pun batal.

Mereka memutuskan untuk mengubah rencana menjadi kunjungan ke tempat pengungsian warga ex Timor Timur, yang rela meninggalkan semua harta kekayanan dan keluarga nya demi bergabung dengan Repubik Indonesia di daerah Atambua. Dari kunjungan ke beberapa kamp pengungsian dan ke daerah-daerah pedesaan di sekitar Kupang, Budi dan istri sepakat membantu mereka secara total dari bawah sekali. “Untuk itulah kami putuskan untuk membangun sebuah panti asuhan yang akan khusus mengasuh anak-anak dari bayi sampai besar,”kata pria kelahiran Jogjakarta ini.

Pada mulanya mereka hanya membantu para pengungsi Timor Timur yang berada di daerah  perbatasan Indonesia dan Timor Timur, di daerah Atambua, dengan memberikan makanan, pakaian dan obat-obatan, dan lainnya. Saat itu Budi membawa sebanyak 40 ton pada kunjungan pertama. “Berapapun yang kita berikan pasti akan habis dalam waktu yang tidak lama. jadi seolah olah bantuan kita hanya bersifat seperti hit and run saja. Ini tidak bagus,”katanya.

Dari pengalaman itu, Budi berpikir ingin membantu yang bersifat langgeng. Dirinya berpikir membantu dalam pertanian, tetapi hal itu tentunya akan menyita waktu dan tidak ada kemampuan. “Pemikiran berikutnya adalah bagaimana kalau membantu untuk melepaskan mereka dari belenggu kemiskinan. Atas dasar tersebut maka timbulah pemikiran untuk menyekolahkan mereka.”

“Ini hal baik tetapi kita tidak akan punya pengawasan yang baik kalau hanya menyekolahkan saja. Dari situ timbulah gagasan untuk membesarkan mereka dan menyekolahkan mereka,” katanya. Budi menambahkan bahwa memelihara dan menyekolahkan yang besar kita juga tidak tahu banyak tentang kualitas anak-anak tersebut. Pada tahun 2000, Budi memulai niatnya dengan merawat bayi-bayi saja dan mendidiknya sampai besar dan selesai di jenjang pendidikan setinggi mungkin.

Budi memulainya dengan hanya 4 bayi saja dengan mengontrak sebuah rumah di daerah Walikota di Kota Kupang. “Bayi-bayi tersebut adalah bayi yang sepertinya tidak ada yang mau mengurus mereka sebab dua dari bayi tersebut kepalanya penuh dengan luka bernanah dan kurus kering. Mereka berumur 4- 5 bulan,”katanya.

Sebuah rumah sederhana dengan 1 kamar besar, 1 kamar yang lebih kecil dan ruang tamu sembari membangun sendiri gedung panti asuhan mereka sendiri di daerah Matani yang ada saat ini. Panti Asuhan ini bernama Panti Asuhan Roslin yang resmi berdiri pada tahun 2002. Panti asuhan ini adalah salah satu kegiatan dari Yayasan Kasih Roslin yang di dalamnya ada 33 macam kegiatan yang diperbolehkan dilakukan secara ijin.

Bersekolah menjadi penting karena sejak kecil Budi memang dididik orang tuanya agar mandiri dan harus bisa selesai sekolah. Budi menuturkan bahwa bersekolah harus diutamakan dan harus berusaha sebaik mungkin.

Pendirian panti asuhan ini, Budi mengatakan, tidak banyak visi dan misi yang istri dan dirinya bicarakan, tetapi lebih kepada dasar niat bagaimana bisa membantu orang yang sedang susah agar sedikit teringankan beban hidup mereka. “Soal pekerjaan saya adalah seperti pekerjaan lainnya tetapi harus disiplin dalam menjaga kesehatan dan kemampuan bekerja kita. Tidak ada yang istimewa bahkan banyak tantangannya.”

Sebagai kapten pilot dari Maskapai internasional dengan rute penerbangan terjauh di dunia, Singapura- New York dan Los Angeles, materi bagi Budi pasti tidak sedikit yang didapatkan. Tetapi karena sudah dibiasakan sejak kecil untuk membantu orang lain, Budi pun sudah terbiasa. “Saya dan istri setahun sejak menikah sudah mencoba sebisa mungkin membantu orang lain dimulai dari membantu saudara dan anak saudara. Ini juga apa yang kami contoh dari orang tua kami. Ayah saya saat beliau masih ada selalu membantu keluarga dan saudara , sehingga kamipun diberi jalan hidup yang  baik dan lancar oleh Tuhan karenanya.”

“Menurut sepengetahuan kami, semakin kita memberi, semakin kita diperkaya . Alangkah beruntungnya kita berada pada pihak yang memberi dan bukan yang minta dibantu di dalam pemenuhan kebutuhan kita. Tuhan juga dengan setia memberikan kepada kita satu hari yang baru setiap hari , jadi sudah wajar kalau kita juga memberi yang terbaik sebisa kita dengan tanpa pamrih,”kata Bapak dari 3 orang anak ini.

KEGIATAN-KEGIATAN
Yayasan Kasih Roslin (YKR) sendiri tidak hanya mengurus anak-anak di panti asuhan saja tetapi juga membantu orang-orang di berbagai desa sekitar Kupang. Hal ini karena Budi berfilosodi bahwa kemiskinan adalah musuh utama karena ketidakmampuan anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak di samping kekeringan yang ada di daerah Timor. “Kalau curah hujan setahun nya kurang dari 2-3 bulan maka keadaan busung lapar pasti akan terjadi di daerah2 yang tidak terlalu jauh dari kota Kupang. Ada beberapa anak panti asuhan masuk ke panti asuhan karena mereka kelaparan. Bahkan ada salah satu anak yang karena kami terlambat menjemputnya , besoknya saat kami jemput sudah meninggal karena kelaparan. 2 saudara dari anak tersebut saat ini ada dipanti asuhan kami,”katanya.

Sebelum tahun 2006, Yayasan selalu mengadakan kegiatan untuk balita di panti asuhan dengan mengundang anak balita datang dan diberikan makanan bergizi. Tujuannya adalah memberikan protein melalui telor rebus satu setiap anak, bubur kacang hijau sepuasnya dan vitamin untuk dibawa pulang ke rumah. Kegiatan ini dilakukan seminggu dua kali atau tiga kali, dengan catatan kalau ada kemampuan untuk membeli semua bahan-bahan makanan yang dibutuhkan

Demi membantu sarana belajar anak-anak, maka kami menyatukan dua tempat panti asuhan. Budi juga selalu mengajak anak-anak membaca di perpustakaan. Kini, Budi sudah mempunyai mobil perpustakaan untuk semakin menjangkau anak-anak desa yang tidak biasa datang ke perpustakaan. Yayasan Kasih Roslin kini mempunyai 2 buah library mobile, satu hadiah dari Yayasan Tunas Cendekia dari Bapak Yudhistira Juwono dan satu lagi dari program Matching Grant Rotary International, Rotary International ( Organisasi sosial tertua di dunia, 105 tahun, berpusat di Chicago).

SUMBER DANA
Budi berniat membuat panti asuhan yang mandiri di dalam segala hal. Budi berusaha sebaik mungkin menggunakan sumber dana yang terbatas semaksimal mungkin. Adapun sumber dana utama adalah dari gaji Budi sepenuhnya sampai tahun 2009.

Sejak April 2008, YKR sudah mandiri untuk kebutuhan beras bahkan sisa yang ada dipergunakan untuk berbagi kepada anak-anak di beberapa desa saat musim paceklik. “Sekali pergi kita bawa makanan cukup untuk sekitar 400-500 orang. Semuanya kami masak sendiri dan selain beras semua bahan makanannya kami beli dari pasar lokal,”kata pria yang pernah menjadi pilot Garuda Indonesia tahun 1976-1989.

“Kami tidak pernah minta-minta tapi kalau ada yang ingin berbagi dan memberi kami, maka kami adakan salurannya.  Sampai November tahun 2009, hampir semua dana, 90%, adalah dari gajinya sebagai captain penerbang di Singapore Airlines,”katanya. B udi tidak ingin anak-anak panti asuhannya menjadi generasi peminta minta karena itu dididik agar mereka mampu dan mau bekerja keras.

Setelah dirinya mendapat penghargaan dari CNN, dalam masa 3 bulan kemudian gajinya utuh sebab banyak mendapatkan “berkat” dari orang yang tidak kenal sama sekali. Saat ini, Budi mengatakan, masih ada saja bantuan yang datang walaupun tidak rutin.  YKR juga sampai akhir tahun 2010 masih mendapatkan sumbangan buku  dan barang yang menunjang pendidikan yang amat sangat dibutuhkan bagi anak anak panti asuhan. “Selain dari gaji, kami juga menggunakan uang hasil sewa rumah kami di Jakarta untuk memenuhi kebutuhan panti asuhan kami,”katanya.

Sumbangan yang diterima dipergunakan untuk menambah dana yang dihimpun setiap bulan untuk menambah fasilitas sarana penunjang di panti asuhan misalnya gedung multiguna, ruang belajar, dorm untuk anak perempuan. Dorm anak laki-laki dan perempuan kini sudah dipisah karena semakin besar anak-anak. “Sudah seharusnya sebuah panti asuhan tidak berdasarkan atas sumbangan melainkan harus mengarah kekemandirian. Kalau memang ada sumbangan maka itu adalah berkat dari Tuhan untuk memperingan kegiatan panti asuhan tersebut,”katanya. Anak asuh di panti asuhan saat ini ada 70 anak dan setelah selesai dengan gedung perempuan  ( the girl’s dorm) mungkin ada 18 anak lagi  yang akan masuk kepanti asuhan.

“Tidak banyak dari gaji saya yang bisa ditabungkan karena setiap bulannya dipergunakan untuk membiayai panti asuhan dan semua kemampuan kami dikerahkan demi mengarah ke kemandirian panti asuhan. Hal ini agar di saat saya sudah pensiun nanti panti asuhan kita bisa tetap berlangsung tanpa ada yang terpaksa berhenti sekolah dan terpaksa harus kelaparan,”katanya.
   
Budi mengatakan bahwa ada juga bantuan dalam bentuk snack bergizi misalnya dari Kraft Indonesia yang mengirimkan biskuat dan snack bergizi lainnya setiap bulan untuk anak-anak panti asuhan. “Kelebihan yang ada kami juga bagikan kepada siapa saja yang datang atau kami bagikan saat kami berkunjung ke desa-desa. Terima kasih untuk Mr. Steven Tan yang mengambil inisiatif untuk pengiriman snack bergizi tersebut,”katanya.

Budi dan istrinya mengajarkan kepada anak anak untuk bertani, berkebun dan rajin menyiram tanaman . Budi mengatakan bahwa modalnya adalah kebersamaan semua warga panti asuhan termasuk dirinya dan istri semuanya harus bekerja sebaik mungkin. Budi terkadang kami bekerja siang malam di saat akhir pekan. “Selain sawah kami juga ada kebun dan saat ini kami sedang membuka lahan baru untuk di buat menjadi kebun pisang. Dari kebun pisang ini kami harapkan agar kami bisa panen pisang setiap hari sepanjang tahun setelah satu setengah tahun dari penanaman.”

Budi berharap lahan seluas 2,5 hektar, setelah satu setengah tahun akan mempunyai pohon sebanyak 4ribu-5ribu pohon, yang nantinya akan bisa dijual sebagai pisang, sebagai keripik pisang, sebagai pisang goreng atau kue pisang. “Anak anak panti yang besar selalu mendampingi Peggy ( istri saya) disaat memasak atau membuat kue. Hampir semua akan yang besar Peggy ajari bagaimana membuat cake atau apa saja seperti kue ulang tahun lengkap dengan hiasannya . Memang membutuhkan waktu agar mereka nantinya bisa semua tapi dari kesalahan tersebut kami bisa lebih dekat dan bisa saling belajar,”katanya.

Di samping panti asuhan YKR mempunyai lahan seluas 5000M2  yang dipergunakan untuk menanam sayuran untuk dikonsumsi sendiri. Sayuran itu yang mudah dan tahan cuaca seperti terong, kangkung, kacang panjang, caisim, jenis bayam, pare ( paria), singkong, cabe, tomat dan apa saja yang menjadi kebutuhan sehari-hari.

“Tidak mudah untuk bekerja sendiri dan berusaha mandiri tetapi sangat nikmat saat kami panen nantinya.  Kita berduka kalau panen kita tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan kita . Kita akan bersuka cita kalau panen nya banyak sehingga kita bisa membantu orang lain lagi,”katanya. Saat ini  dalam hal bercocok tanam dirinya cukup bertanya kepada “Google” yang secara gratis bisa diakses.

Aktivitas lain adalah mendidik dan melatih anak-anak bernyanyi. Saat ini budi menuturkan bahwa paling tidak ada sekitar 100 lagu pujian gereja yang sudah mereka kuasai. Untuk mendukung kegiatan mereka YKR saat ini sedang membangun sebuah hall untuk berlatih tanpa ada gangguan cuaca. Kini bangunan sudah selesai sekitar 60 %. “Mungkin dalam waktu 4 bulan akan selesai total. Multiguna hall ini juga tempat bagi mereka latihan menari, latihan musik, diskusi dan tempat di mana kami bisa memberikan nilai kehidupan yang baik, bermoral dan berpendidikan,”katanya.

Budi juga mengajarkan Bahasa Inggris yang sudah dimulai dari beberapa tahun yang lalu. Khusus untuk pelajaran bahasa Inggris Budi sangat prihatin dengan kualitas guru yang ada di NTT. Bukan saja jumlahnya yang tidak mencukupi tetapi kemampuan mereka berbahasa Inggris sendiri masih sangat perlu untuk ditingkatkan.  Salah satu kegiatan yang baru ini dilakukan adalah melatih para guru di berbagai sekolah dasar sampai SMA secara berkala.

Untuk itu, Budi bekerja sama dengan Rotary Club Singapore, Malaysia, Brunei, Australia dan dari Indonesia, Rotary Club Kunthi dari Semarang mendatangkan guru suka rela dari Negara mana saja yang mau datang mengajar bahasa Inggris. Budi mengatakan bahwa alat dan tempat sudah ada tinggal gurunya saja yang belum ada secara tetap. Sebentar lagi YKR akan bekerja sama dengan Rotary Club dari Canada dalam hal pendidikan dan kesehatan.

“Kami sangat mengharapkan kalau ada volunteer dari dalam negeri. Tetapi selama ini belum ada yang hadir di panti asuhan kami. Sangat aneh yang berdatangan justru orang asing yang peduli dan datang menjadi volunteer selama ini seperti dari USA, Inggris, Jerman, Canada, Swedia, Australia dan Singapura,”kata Budi miris.

YKR juga sudah membangun sebuah penginapan sederhana berisi 25 kamar ber-AC dan beberapa kamar juga dilengkapi dengan air panas. Penginapan ini dipergunakan untuk memperkenalkan dan mengajarkan kepada anak anak yang sudah besar agar tahu industry service atau hospitality. “Mereka akan tahu bagaimana mengatur kamar penginapan dengan baik, belajar memasak, berinteraksi dengan teman atau tamu asing dalam berbahasa Inggris dan membentuk rasa kepercayaan diri mereka di dalam pergaulan di masyarakat,”katanya.  

 Uang hasil sewa kamar adalah bonus pendapatan untuk membantu pendanaan panti asuhan. Di tempat ini YKR juga menyelenggarakan kursus bahasa Inggris bagi siapa saja, terutama para pengajar yang masih aktif, di samping anak panti asuhan sendiri. “Bagi para tamu bukan saja mereka bisa bervolunteer di panti asuhan dengan tanpa harus pakai sarana angkutan tetapi mereka bisa tinggal ditempat yang nyaman dan dekat,”katanya.

YKR juga menyediakan penampungan air bersih karena pengalaman 6 bulan lalu untuk membantu masyarakat terhindar dari malaria. Kebutuhan itu untuk agar terhindar dari debu dan tidak terkontaminasi oleh hewan piaraan yang biasanya ikut minum dari air yang ada. “Kami berusaha untuk dimampukan membantu 1000 keluarga setiap tahunnya dengan cara memberikan sebuah ember besar ( 89-100 L ) yang ada tutupnya,”katanya.

“Puji Tuhan dalam 6 bulan ini kami sudah dimampukan membeli 1600 ember yang sudah siap dibagikan ke desa-desa,”kata Budi. Selain ember plastic besar YKR juga sedang mengusahakan agar bisa memberikan dua kelambu setiap keluarga.  Saat ini YKR baru bisa membuat sekitar 200 kelambu saja karena persediaan material yang terbatas.

“Untuk pembiayaan panti asuhan dan pelayanan kami ke daerah, rata-rata kami membutuhkan sekitar 80 juta perbulan. Kalau saja kami punya lebih maka kami akan bisa melayani masyarakat dengan lebih banyak lagi,”kata Budi berharap. Kebutuhan yang dibutuhkan saat ini seseorang yang ada hati pelayanan  terhadap anak-anak kecil untuk bekerja di panti asuhan kami dan Budi menjanjikan akan digaji dengan layak.

Budi mengatakan bahwa tanpa ikut serta dengan aktivitas yang ada, seseorang tidak akan bisa mengerti dan menilai sebuah aktifitas! Penilaian dari jarak jauh dan apa lagi dari media sangat relatif dan bisa salah dalam penilaian. “Berderma atau tidak, bisa dilihat apakah si pengelola semakin kaya atau tidak. Juga bisa dilihat apakah fokus yang dilakukan berubah dari haluan semua atau tidak,”katanya.

Budi lebih memokuskan dalam masalah pendidikan yang menurutnya sangat memprihatinkan. Dirinya melihat bahwa sampai saat ini pemerintah Indonesia belum berniat untuk lebih meningkatkan pendidikan rakyatnya lebih dari jenjang pendidikan SD saja. 

Budi memberikan data dari jumlah SD yang ada di Indonesia yang berjumlah sekitar 143000 sekolah di seluruh Indonesia,  jumlah SMP sekitar 28 000 dan jumlah SMA sekitar 26 000 saja. Sebuah pertanyaan bagi pemerintah, bagaimana nasib murid SD yang lulus dari 120 000 sekolah yang tidak bisa melajutkan sekolahnya karena tidak ada tempat? Bagaimana program pemerintah didalam mencetak guru yang memadai?  “Saya pernah punya pembantu rumah tangga yang tidak tahu berbahasa Inggis sama sekali dan minim pengetahuan nya sekarang menjadi seorang guru didaerah hanya karena dia punya pendidikan SD dan dengan tanpa adanya menjalankan pendidikan sebelum dia bekerja?”

“Di saat saya mengikuti diseminar I-4 ( ikatan ilmuan Indonesia International)  4 hari di Jakarta saya ketahui betapa banyaknya orang pandai Indonesia yang sangat disayangkan karya ilmiah mereka yang luar biasa bukan menjadi milik Indonesia,”katanya. Lebih lanjut dirinya mengatakan bahwa semua patent berkaliber International dimiliki oleh Negara asing karena Indonesia tidak mampu mengakomodasikan kemampuan mereka didalam negri.

Mengenai pengelolaan yayasan, Budi mengatakan bahwa panti asuhannya dikelola sebagai keluarga besar. Tidak banyak pegawai melainkan kebersamaan yang ingin dibinanya. “Modal utama kita adalah kasih sayang terhadap anak-anak dan kita perlakukan mereka sebagai anak sendiri sebisa mungkin,”katanya.

Pemimpin panti asuhan adalah Budi dan istrinya sebagai orang tua mereka. Pegawai hanya terbatas pada pengurus bayi, tukang masak dan menemani anak-anak kecil di saat yang lainnya bersekolah.  “Memang saat ini kami merasakan bahwa kami semakin kurang bertenaga tidak seperti 10 tahun yang lalu. Kami juga sudah mencari tenaga yang bisa me-manage panti asuhan kami agar saya dan istri bisa lebih berkonsentrasi dengan pengembangan kebun dan hal lainnya yang nantinya akan menunjang kelangsungan panti asuhan itu sendiri,”katanya. 

Budi menggunakan waktunya ke panti asuhan dengan sisa dari waktunya selama sebulan. Dalam satu bulan, Budi pergi 4-5 hari di Singapura, 2 minggu pulang pergi 2 kali ke Amrika Serikat, sisanya dipergunakan di panti asuhan.Sedangkan istrinya, paling tidak dalam satu tahun di panti asuhan selama 24  jam sehari selama 10 bulan. Budi juga dibantu oleh anak-anaknya. “Saat berlibur ( Christmas , spring break dan summer break membantu kami mengurus panti asuhan sebagai kakak dari anak anak panti asuhan),”katanya.

“Bulan Mei ini mereka akan pulang kepanti dengan program2 tang mereka buat sendiri untuk membantu pelajaran akademis anak anak panti asuhan.  Anak saya satu kuliah di Singapore, satu kuliah di Canada dan satu bersekolah di SMA di Canada ( mereka mandapatkan bea siswa dari sebuah yayasan luar negri atas dasar nilai raport mereka) . Sebelum nya mereka bersekolah di Singapore,”katanya.

Budi mengatakan bahwa penyandang dana 90% adalah dari dirinya sendiri. Gajinya sebagai penerbang dan uang hasil sewa rumah tetap menjadi sumber utama dana operasional. Namun, Budi tidak berkenan menjabarkan besarnya. “Tetapi sejak 10 bulan yang lalu ada sumbangan tetap dari dua yayasan sampai  bulan juni 2011 saja. Untuk pembukuan kami dibantu oleh seorang auditor propinsi di mana kita berada,”katanya.

YKR sudah 10 tahun ini membantu membesarkan, mengurus anak-anak selama 24 jam sehari terhadap anak-anak dari tingkat masyarakat terbawah dan menyekolahkan mereka di sekolah swasta (Santo Yoseph dan Advent).

Ke depannya, di samping nilai akademis sekolah yang baik juga budi berharap anak-anak bisa mempunyai group koor yang baik. Dirinya yakin suatu saat anak-anak panti asuhannya akan bisa membantu diri mereka sendiri dengan kemampuan mereka bernyanyi.
“Saya juga berharap kebun pisang kita berjalan dengan baik dengan keikut sertaan semua warga panti asuhan. Mengajarkan dan praktek kerja tentang berkebun yang baik dan pemeliharaan ikan air tawar, memelihara hewan. Sebab kami akan sesegera mungkin membuat kolam di lokasi sawah dan akan mempunyai ternak hewan di lokasi sawah dan kebun,”katanya.

Budi juga berharap agar Gerson , salah satu anak panti asuhannya bisa lulus menjadi seorang dokter dan bisa melayani di NTT karena di NTT sangat membutuhkan tenaga medis yang saat ini amat sangat minim jumlahnya. “Melalui Gerson kami akan membangun sebuah klinik dan juga berharap bisa mengikis pendapat di masyarakat kecil tentang adanya guna-guna kalau ada orang yang sakit,”katanya. 

“Kami harapkan dalam waktu 10 tahun atau kalau bisa 5 tahun, panti asuhan ini bisa menjadi learning center bagi masyarakat. Bisa mempunyai sekolah sendiri dari SD, SMP, SMA dan Perguruan tinggi agar kami bisa lebih mampu membantu anak-anak yang pandai bisa terus bersekolah melalui pemberian bea siswa,”kata pria yang hobi tenis dan berenang serta bercocok tanam ini.

Ingin mengirim donasi silahkan buka Situs : Yayasan Kasih Roslin


**tulisan ini tidak jadi tayang di Majalah SWA

No comments:

Post a Comment